Sabtu, 24 Oktober 2009

Melipatgandakan Sistem Pertahanan NKRI

Resimen Mahasiswa (MENWA) adalah konsep Bela Negara yang paling ideal di Indonesia. Anggota Menwa adalah sekumpulan mahasiswa yang memiliki idealisme yang murni tentang nasionalisme. Mereka dengan sukarela mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk menyiagakan diri menjadi cadangan nasional jika sewaktu-waktu negara membutuhkan. Dengan idealismenya, Menwa terus berlatih meskipun tidak mendapat dukungan, Setelah melaksanakan Pra Pendidikan Dasar, dirangkai dengan DIKSAR, Menwa tidak pernah menuntut apapun kepada negara, termasuk gaji sekalipun. Bahkan anggaran selama menjadi anggota Menwa di dapat dari unsur swasta, kecuali Menwa Perguruan Tinggi Negeri. Menwa-Menwa Perguruan Tinggi swasta merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan termasuk DIKSAR dengan menggunakan dana dari pihak swasta. Sesuatu yang sangat aneh, sebuah unsur pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang siap mengabdi demi Indonesia tercinta, ernyata makan, minum dan berfikirnya dibiayai oleh swasta, yaitu pihak Universitas, itupun harus melalui lobi-lobi yang sangat prosedural. Yang aneh lagi ternyata Menwa-menwa ini masih saja loyal kepada NKRI.

Sebagai unsur pertahanan, bersama rakyat dan TNI, Menwa selalu siaga jika sewaktu-waktu terjadi gejolak di Indonesia,selama masa siaga dan tidak terjadi gejolak, Menwa tidak mendapat apapun dari Negara ini. selain sertifikat DIKSAR, yang itupun dibeli dengan dana mengemis dari pihak swasta. Sebenarnya, apa sulitnya bagi Pemerintah untukmemberikan dana operasional, pendidikan dan latihan kepada Menwa. JIka setiap perguruan tinggi diberi dana Rp.10.000.000 per tahun itu sudah sangat layak untuk membiayai kegiatan Menwa. Mungkin ada yang beranggapan, dana itu terlalu besar. Baik, coba kita hitung, gaji seorang prajurit TNI, anggap saja gaji bersihnya adalah Rp.1.000.000, berarti dalam satu tahun gaji prajurit adalah 1.000.000 X 12 = Rp.12.000.000.

Dengan asumsi tersebut, berarti gaji seorang prajurit TNI bisa untuk membiayai Menwa satu Universitas. Bahkan masih sisa Rp.2.000.000 . Berarti pemerintah mengurangi anggaran seorang prajurit TNI yang siap berkorban demi NKRI untuk dialihkan pada 50 orang Menwa yang juga siap berkorban demi NKRI. Jika ini terlaksana dengan baik, kekuatan pertahanan bangsa ini akan naik 50 kali lipat, dibandingkan hari ini, dan juga efisiensi hingga 50 kali lipat. Pemerintah tidak perlu membiayai hidup setiap personil Menwa, cukup biayai saja kegiatannya.
Menwa dan TNI sama-sama siaga, mereka juga unsur pertahanan bagi bangsa Indonesia. Bedanya saat ini-mungkin sampai batas waktu yang tidak ditentukan-Menwa akan terus menerus di biayai oleh swasta, TANYA KENAPA DEPHAN, DEPDAGRI DAN DEPDIKNAS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar